Senin, 13 Mei 2013

Dulu, Kini & Esok

 
Di antara tetesan air hujan
Aku termenung mendengar
Dentingan air
yang mampu membawaku
Menembus cakrawala fatamorgana
Aku Sadar atas diri ku ini
Yang tak mungkin memilikimu
Yang dapat ku miliki seutuhnya
Fajar menyingsing meninggalkan bumi
Bersama kisah ku dan Bersama mu
Yang tak mungkin terhapus oleh waktu
Hanya karena jarak Yang terpisah
Sejauh mata ku memandangmu
Bersama sukma yang terus mencintaimu
Jemariku kan mampu untuk menggapaimu
Bersama rindu dalam kalbu
Yang kan terus terpancar dulu kini dan esok
Kan terus abadi untuk selamanya

Minggu, 12 Mei 2013

Jangan Sedih



Jangan sedih bila orang lain tidak memahami anda..
Tapi sedihlah karena anda tidak mau memahami orang lain.

Jangan sedih bila orang lain tidak mempercayai anda..
Tapi sedihlah karena anda tidak percaya diri sendiri.

Jangan sedih bila orang lain tidak memberi kesempatan kepada anda..
Tapi sedihlah karena anda belum buat persiapan.

Jangan sedih bila orang lain tidak menghargai anda..
Tapi sedihlah karena anda tidak bisa menghargai orang lain.

Jangan sedih bila orang lain menghina anda..
Tapi sedihlah karena anda membuat hina diri sendiri.

Jangan sedih bila orang lain memaki anda..
Tapi sedihlah karena anda bermulut jahat pada orang lain.

Jangan sedih orang selalu mengritik kita..
Tapi sedihlah karena anda tak pernah mau perbaiki diri.

Jangan sedih karena anda selalu jatuh..
Tapi sedihlah karena anda tak mau bangkit kembali.

Jangan sedih karena perjalanan hidup anda pahit getir..
Tapi sedihlah karena anda tak pernah belajar dari pengalaman.

INGATLAH..
Kunci masalah selalu ada DALAM DIRI, bukan di LUAR

Sabtu, 11 Mei 2013

Syair Anas bin Malik


Syair dari Anas bin Malik tentang rintihan bumi tempat manusia berpijak kepada manusia yang hidup diatasnya.. 

 Wahai manusia...
 Seharian engkau mencari nafkah atas dipunggungku. Sedangkan tempat kembalimu adalah perutku.
      Engkau maksiat diatas punggungku sedangkan dalam perutku engkau tersiksa.
Engkau tertawa ria diatas punggungku sedangkan dalam perutku engkau menangis terisak-isak.
Engkau bersukaria diatas punggungku sedangkan dalam perutku engkau bersedih hati.
Diatas punggungku engkau menimbun harta sedangkan dalam perutku engkau menyesal.
    Engkau makan barang haram diatas punggungku sedangkan dalam perutku engkau luluh dimakan cacing.
       Engkau pongah di atas punggungku, namun menjadi hina dina di dalam perutku.
 Engkau berlenggang di atas punggungku, namun bersedih dalam perutku.
      Di atas punggungku engkau berpesta pora di bawah sinar matahari, bulan, dan sinar binarnya cahaya lampu, sedangkan didalam perutku engkau ditelan kegelapan yang mencekam.
         Di atas punggungku engkau berhimpun dengan sesama insan,
 namun didalam perutku engkau sepi menyendiri.

Sahabat demikianlah syair dari anas bin malik yang memberikan kita peringatan agar selalu mengigat siapa diri ini dan mau kemanakah kita nanti.Tak ada yang dapat kita sombongkan karena pada akhirnya kita akan kembali menjadi tanah.. lagi pula apa yang dapat kita sombongkan? semua yang kita miliki hanyalah titipan dari Allah...

Selasa, 07 Mei 2013

My Story



Kali ini aku ingin bercerita tentang aku dan masa laluku. Berjuta cerita mewarnai lembaran kisah hidupku. Aku adalah seorang manusia yang dilahirkan dari keluarga yang kurang mampu. Aku anak ke tiga dari empat bersaudara. Ayahku hanyalah seorang petani dan ibuku hanyalah seorang ibu rumah tangga. Walaupun aku terlahir dari keluarga yang sederhana, tapi aku merasa bahagia karna aku dibesarkan oleh kedua orang tuaku dengan penuh cinta dan kasih sayang.
Bercerita sedikit mengenai masa-masa ketika aku duduk di Sekolah Menengah Atas (SMA). Aku bersekolah di SMAN 2 Kota Bangun yang letaknya lumayan jauh dari rumahku. Aku pergi ke sekolah dengan mengendarai sepeda motor butut yg mungkin keadaannya sudah tak layak pakai lagi. Sering kali mogok dan aku mendorongnya sampai pulang kerumah. Terkadang aku merasa minder kepada teman-temanku yang memiliki orang tua mampu. Tapi aku bersyukur, setidaknya aku masih memiliki motor yang dapat aku pergunakan untuk pergi kesekolah.
Suatu ketika menjelang kelulusan SMA, aku mencoba untuk mengikuti pendaftaran beasiswa di Universitas Jendral Soedirman (UNSOED). Aku mencoba mendaftar pada jurusan Teknik Geologi (Pertambangan). Aku bukanlah seseorang yang begitu pandai, rangking terakhir di rapotku pun hanya masuk dalam 3 besar. Tapi aku mencoba dengan penuh keyakinan untuk mengikuti program beasiswa tersebut. Begitu banyaknya persyaratan yang harus aku lengkapi dan hampir setiap hari aku pulang pergi dari Kota Bangun III ke Tenggarong yang menghabiskan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Akhirnya, berkas-berkas pun telah terlengkapi dan dikirim melalui Tiki. Tinggalah aku menunggu keputusan dari UNSOED sambil menikmati liburan untuk menunggu hari perpisahan.
Suatu hari, aku pergi kesekolah untuk berjumpa dengan sahabat-sahabatku yang sekitar 2 minggu tidak bertemu. Seorang sahabat yang mendaftar Beasiswa yang sama dengan ku, menanyakan “Apakah kamu mendapat SMS dari pihak UNSOED yang mempertanyakan 2 pilihan jurusan yang akan di ajukan?”, aku bingung dan menjawab “tidak”. Tapi aku baru tersadar bahwa aku mengganti kartu SIM di handphone ku sekitar seminggu yang lalu. Kemudian sesampainya dirumah, aku mencoba untuk mengaktifkan kembali kartu lama yang aku cantumkan pada saat mengisi berkas pendaftaran. Ternyata aku juga mendapat SMS yang sama tapi tanggal diterimanya sekitar 3 hari yang lalu. Aku mencoba untuk menghubungi nomor pengirim SMS tersebut, kemudian mempertanyakan bagaimana dengan keterlambatan ku untuk mengkonfirmasi SMS yang aku peroleh. Tapi aku mendapatkan jawaban “Karna keterlambatan anda, kami hanya memasukkan satu jurusan saja. Jurusan Teknik Geologi yang anda pilih begitu banyak peminatnya. Seandainya anda memberikan konfirmasi kepada kami, Apabila anda tidak lolos pada pilihan jurusan pertama, maka anda dapat masuk pada jurusan yang kedua.” Aku merasa begitu sedih dan tak banyak yang aku lakukan kecuali berdoa.
Pada saat pengumuman itu tiba, ternyata aku tidak lolos seleksi untuk jurusan Teknik Geologi yang aku ambil. Seandainya saja aku memiliki jurusan yang kedua, pasti aku diterima pada jurusan yang ke dua. Sahabatku pun tidak masuk jurusan pertamanya ‘Kimia’, tetapi karena dia mengkonfirmasi SMS dari pihak UNSOED dan memiliki pilihan jurusan keduanya ‘Sastra Inggris’, maka dia diterima pada jurusan yang kedua. Aku merasa begitu terpukul, sedih, dan begitu menyalahkan diriku atas kejadian ini. Hanya karena kesalahan kecil yang akhirnya berdampak besar. Aku malu kepada kepada kedua orang tuaku karena aku telah gagal. Aku tak tau bagaimana harus menceritakan kegagalanku kepada ibuku, aku pun berkata kepada ibuku “Mak.. maaf aku gagal membuat mamak bangga. Maafkan aku mak, bahkan sampai saat ini aku belum bisa untuk membahagiakan mamak. Aku gagal mendapat beasiswa mak.” Air mata ibuku pun jatuh membasahi pipinya, hatiku terasa begitu hancur berkeping-keping. Aku merasa ibuku begitu kecewa atas kegagalanku. Tak terasa air mataku pun berlinang, tapi ibuku mengusap air mataku dan tersenyum sambil berkata “Nak.. kamu salah, mamak bangga selama ini memiliki anak sepertimu. Ini bukanlah sebuah kegagalan nak, ini adalah awal dari keberhasilanmu. Mungkin ini bukanlah jalan menuju kesuksesanmu, percayalah Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. Jangan bersedih lagi, Allah tidak akan memberi cobaan diluar batas kemampuan hamba-Nya”. Kemudian ibu memelukku dan aku menangis dipelukan ibuku.
Bahkan saat aku menulis cerita masa lalu hidupku ini, aku tak sanggup untuk tidak meneteskan air mata mengingat semua kenangan itu. Tapi aku lega dapat menuangkan cerita hidupku ini menjadi sebuah tulisan. Aku percaya Allah akan memberikan cobaan kepada hamba-hamba yang disayangi-Nya. Sekarang aku tersadar sebaik-baiknya rencana, tetap rencana Allah lah yang terbaik. Aku sedih tidak bisa kuliah di UNSOED, tetapi aku bersyukur ternyata Allah memilihkan jalan yang lebih baik untuk ku yaitu kuliah di STAIN Samarinda. Disini aku tidak hanya mendapatkan ilmu dunia saja, tetapi aku juga mendapatkan pelajaran-pelajaran untuk bekalku di akhirat nanti. Walaupun aku merasa tidak mudah belajar disini karena aku tidak pernah mendapat dasar pengetahuan agama islam secara mendalam seperti mereka-mereka yang memang lulusan dari pondok pesantren. Apalagi untuk belajar bahasa Arab, bagiku sangatlah tidak mudah. Tapi aku merasa tertantang untuk mempelajari lebih mendalam mengenai Islam. Aku percaya kesuksesan berada didepan ku, dan aku akan berusaha untuk meraihnya.. :)

Minggu, 05 Mei 2013

Malin Kundang



Let’s learn English through stories, Friends. Today, we’re going to read another famous Indonesian Folktale. The title is Malin Kundang. The story teaches us that we should always be grateful and obedient to our parents. Read this Indonesian Folktale and I hope your comment. :)
Long time ago, in a small village near the beach in West Sumatera, lived a woman and her son, Malin Kundang. Malin Kundang's father had passed away when he was a baby, and he had to live hard with his mother.
Malin Kundang was a healthy, dilligent, and strong child. He usually went to the sea to catch fish, and brought it to his mother, or sold it in the town.
One day, when Malin Kundang was sailing as usual, he saw a merchant's ship which was being raided by a small band of pirates. With his brave and power, Malin Kundang defeated the pirates. The merchant was so happy and asked Malin Kundang to sail with him. Malin Kundang agreed.
Many years later, Malin Kundang became a wealthty merchant, with a huge ship, loads of trading goods, many ship crews, and a beautiful wife. In his journey, his ship landed on a beach. The villagers reconigzed him, and the news ran fast in the town: Malin Kundang became a rich man and now he is here. His mother, in deepful sadnees after years of loneliness, ran to the beach to meet her beloved son again.
When the mother came, Malin Kundang, in front of his well dressed wife, his crews and his own gloriness, denied to meet that old, poor and dirty woman. For three times she begged Malin Kundang and for three times yelled at him. At last Malin Kundang said to her "Enough, old woman! I have never had a mother like you, a dirty and ugly peasant!" Then he ordered his crews to set sail.
Enraged, she cursed Malin Kundang that he would turn into a stone if he didn't apologize. Malin Kundang just laughed and set sail.
In the quiet sea, suddenly a thunderstorm came. His huge ship was wrecked and it was too late for Malin Kundang to apologized. He was thrown by the wave out of his ship, fell on a small island, and suddenly turned into stone.

MAKALAH “Penggunaan Internet dalam Pendidikan”

MAKALAH Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Mata Kuliah Komputer Yang Dibimbing Oleh M. SALEHUDIN, S.Pdi , M.Pd “Penggunaan Internet...