Minggu, 28 April 2013

Pergaulan Bebas di Kalangan Remaja (Penyebab dan Dampaknya)

http://koeeko.files.wordpress.com/2011/10/pergaulan1.jpg      Kalau kita membicarakan dan membahas tentang pergaulan bebas,sudah pasti kita akan berhubungan dengan anak remaja karena banyak korbannya adalah dari kalangan remaja.Masa remaja bagi semua orang dan juga menurut saya adalah masa yang paling indah atau berseri.Di masa itu juga proses pencarian jati diri seseorang berlangsung.Dan pada proses itulah banyak para remaja yang terjebak ke dalam pergaulan bebas tersebut karena tidak mengetahui dampak buruk bagi dirinya sendiri.Pergaulan bebas di kalangan remaja saat ini telah mencapai titik kekhawatiran yang sangat tinggi atau cukup parah,terutama seks bebas dan penggunaan obat-obatan terlarang.
 
          Oleh karena itu tidak aneh jika jumlah penderita HIV/AIDS dan wanita terutama dari kalangan remaja/anak sekolah yang hamil di luar nikah.Hal ini di karenakan sekarang mereka sangat begitu  mudah memasuki tempat-tempat khusus orang-orang dewasa.Bahkan sekarang pelakunya bukan saja mahasiswa dan anak SMA saja,namun sudah merambat sampai ke anak SMP.

Dan pada saat ini banyak sekali orang-orang yang melakukan perbuatan keji dan tidak berkeprimanusiaan untuk menutupi aib nya,yaitu dengan melakukan aborsi.Padahal mereka tahu akibat aborsi sangat berbahaya bagi kesehatan tubuhnya sendiri dan keselamatannya secara fisik.Bahkan bukan hanya pada kesehatan dirinya sendiri, tetapi juga sangat berdampak hebat bagi keadaan mental seseorang yang melakukan aborsi tersebut.Namun demi menutupi aib yang ia timbulkan sendiri,ia rela mempertaruhkan nyawanya sendiri. Oleh karena itu jika tidak secepatnya di  atasi,akibat pergaulan bebas ini akan sangat membawa dampak negatif dan efek yang buruk bagi perkembangan zaman.

Awal mula seorang remaja terjerumus ke dalam pergaulan bebas adalah salah bergaul dan mudah terpengaruh oleh temannya yang tidak benar.Kebanyakan remaja ini ingin di puji dan di katakan gaul oleh teman-temannya tanpa memikirkan dampak dan akibat yang berkelanjutan.Maksud dari salah bergaul adalah bukan berarti kita harus memilih milih dalam bergaul, kita boleh saja bergaul dengan siapa pun asalkan kita jangan mudah terpengaruh dan tetap berpegang teguh kepada norma-norma agama dan norma hukum yang berlaku,karena gaul tidak harus melakukan seks bebas,tidak harus menggunakan obat-obatan terlarang,dan semua hal yang melanggar hukum.Oleh karena itu kita sebagai remaja harus membiasakan berfikir panjang ke depan sebelum melakukan sesuatu hal,apalagi yang belum kita ketahui dampak baik dan buruknya bagi diri kita,keluarga dan orang lain.

Di bawah ini saya memiliki opini beberapa faktor utama yang menjadi penyebab dan awal mula seorang remaja terjerumus ke dalam pergaulan bebas,yaitu :
  • Faktor agama dan faktor iman, faktor ini adalah hal yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Apabila kurang pengetahuan akan agama dan kurangnya iman yang tertanam di dalam diri kita,maka akan sangat mudah setan-setan yang ada di dalam diri atau fikiran kita mendorong untuk melakukan hal-hal negatif yang sangat bertentangan dengan agama dan hukum yang berlaku.Namun jika memiliki pengetahuan akan agama dan iman yang kuat, insya allah kita tidak akan mudah terpegaruh dan terjerumus ke dalam hal-hal negatfi tersebut.Karena otomatis kita akan langsung memikirkan dampak apa yang akan terjadi ke depannya atau di kemudian hari.
  • Faktor lingkungan seperti orang tua, teman dan tetangga, ya di dalam faktor ini tidak sedikit anak remaja yang terjerumus kedalam pergaulan bebas di karenakan ada masalah di dalam keluarganya atau yang sering mereka sebut dengan broken home.Dan yang menjadi penyebab yang sering terjadi juga adalah karena terjerumus atau terpengaruh oleh temannya demi mendapatkan pujian atau ingin di bilang “gaul”.
  • Faktor pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang tinggi, kurangnya pengetahuan akan dampak dan akibat akan hal yang kita lakukan dapat memudahkan kita terjerumus ke dalam hal hal yang negatif. Pada umumnya kita sebagai seorang remaja memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, apabila menemukan atau melihat suatu hal yang baru maka otomatis kita akan ingin merasakannya atau mencobanya.
  • Faktor perubahan zaman, faktor ini juga adalah hal yang cukup kuat menjadi penyebab pergaulan bebas di kalangan remaja. Karena di zaman sekarang banyak media yang mudah di akses oleh semua umur yang menyediakan tayangan tanyangan yang seharusnya hanya di tayangkan khusus orang dewasa.Namun karena rasa ingin tahu yang sangat tinggi yang mendorong para remaja menggunakan atau melihat media untuk orang dewasa tersebut.Setelah melihat,otomatis rasa ingin tahu itu pun akan terus berkembang seperti ingin mengetahui rasa dan ingin mencoba hal yang baru dia lihat.Oleh karena itu pengawasan orang tua adalah hal yang sangat penting dalam faktor ini.
Namun semuanya kembali ke diri kita sendiri, mau menjadi orang yang seperti apa kita ? Jauhilah pergaulan bebas dan hal hal negatif yang berdampak sangat merugikan bagi diri  kita sendiri. Kita harus dapat menempatkan diri sebagai remaja yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan agama dan norma hukum yang berlaku agar terhidar dari hal-hal tersebut.Ingat lah kita sebagai remaja adalah calon penerus bangsa di masa depan, oleh karena itu jika kita melakukan hal-hal yang negatif tersebut mau jadi apa negara kita nanti ! Maka mulai sekarang cobalah untuk mendekatkan diri kepada Tukan YME untuk mempertebal keimanan kita, karena iman adalah dasar yang paling utama di dalam diri kita sendiri.

sumber : http://koeeko.wordpress.com

Perayaan Kelulusan dan Masa Depan

       MULAI pertengahan Juni lalu, sebagian besar pelajar khususnya siswa SMU di seluruh penjuru negeri ini mendapatkan ’’kemenangan besar’’ yang seakan tak ternilai harganya. Kemenangan besar itu adalah lulus dalam menghadapi Ujian Nasional (UN). Sehingga akhir perjuangannya dalam menghadapi dunia Sekolah Menengah Umum (SMU), yang diancam dan ditakuti oleh standar nilai kelulusan yang dianggap memberatkan itu, patut dirayakan secara berlebihan. Begitu pengumuman kelulusan itu sampai di mata dan telinga para pelajar, sontak sorai meluapkan kegembiraan, karena kelulusan yang dianggap begitu membanggakan.

Tak sekadar dengan histeris meneriakkan ’’aku lulus’’, kemenangan besar itu dirayakan dengan aksi-aksi yang lebih dramatis, sehingga dipandang oleh masyarakat umum sebagai perayaan yang berlebihan dan norak.

Mereka yang ketiban mujur karena lulus UN, mengekspresikan kegembiraannya dengan corat-coret baju seragam baik dengan spidol maupun dengan cat. Kemudian dilanjutkan dengan aksi arak-arakan di jalan bahkan sampai kebut-kebutan di jalan.

Pada hari itu, seakan mereka benarbenar menjadi ’’pemenang sejati’’, sehingga ruas jalan yang begitu luas pun digagahi. Perayaan sedemikian menjadi ciri khas dan kebiasaan, bahkan dapat dikatakan sebagai budaya yang menjadi babak terakhir dari drama UN.

Perayaan itu pada umumnya berawal dari hasrat yang tak terkendalikan oleh para lulusan, atau sekedar hanya ikut-ikutan agar tidak dikatakan cemen oleh teman-teman yang lain, ataupun mengikuti trend yang berlaku.

Di sisi lain, mereka mengenyampingkan orang-orang di sekitarnya, yang sebaliknya terundung duka karena divonis tidak lulus. Seakan-akan perayaan itu merupakan simbol ekspresi yang menunjukkan kebebasan yang diidamkan, perayaan yang menggambarkan perasaan merdeka dari kalangan yang selama ini membelenggu mereka. Tetapi yang paling tepat untuk itu adalah, perayaan kemenangan atas pertempuran melawan musuh yang paling ganas dan bengis.

Melihat realitas demikian, maka muncul beberapa tafsir atas aksi perayaan kelulusan UN yang dianggap terlalu berlebihan. Pertama, bisa saja sekolah (atau pendidikan secara lebih luas) merupakan tempat yang sangat tidak memberikan ruang gerak kebebasan siswa.

Atau dengan kata lain, sekolah merupakan lembaga yang menindas pelajar, khususnya secara psikologis karena berbagai tekanan mental dan pikiran dalam menghadapi tuntutan UN. Sehingga usai UN dan lulus dari sekolah adalah masa kemerdekaan mereka.

Kedua, lulus UN seakan menjadi tujuan terakhir dari proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah (pendidikan), pendidikan sekolah yang memakan banyak waktu hanyalah sebatas mencari kelulusan, atau sekedar mendapatkan sertifikat kelulusan.

Memang tidak bisa dinafikan, paradigma seperti ini sudah terbangun dan boleh jadi mapan dalam masyarakat pelajar kita. Jika demikian, maka pendidikan sangatlah egois.

Bagaimana tidak, berapa banyak waktu untuk menghabiskan tumpukan buku-buku bacaan, dan berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk membayar sekolah. Hal ini akan menjadi tidak adil jika pengorbanan (tenaga, materi, dan pikiran) hanya ditentukan dalam satu pertempuran, yaitu UN.

Ketiga, kemenangan lulusan yang ditakuti pelajar sekedar dihitung dengan patokan nilai syarat kelulusan UN. Kemenangan mereka tidak didasarkan atas target nilai yang bagus.

Dengan pandangan seperti ini, maka substansi UN semakin kabur. Mengingat, jika pelajar hanya mengejar target lulus, maka mereka tidak akan peduli dengan nilai bagus atau jelek, yang mereka tahu hanya puas dengan kata ’’lulus’’ meski mendapatkan ’’nilai jongkok’’ atau mepet. Padahal, nilai merupakan representasi kompetensi siswa dan pendidikan itu sendiri.

Sebegitu hebohkah adegan perayaan kelulusan, sehingga melupakan kesadaran mereka akan masa setelah lulus UN. Apakah cukup hanya sekedar berbangga hati setelah keluar dari sekolah dengan membawa ijazah. Bukankah di depan mereka malah ditawarkan lembaran kehidupan yang jauh lebih besar makna dan tujuannya, yang tentunya membutuhkan semangat dan pengorbanan yang lebih besar, yaitu melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi (PT). Atau berhadapan dengan dunia yang lebih keras, yaitu kerja.

Sebenarnya dua opsi itulah yang harus dipikirkan dengan matang, bukan sekedar hura-hura setelah siswa dinyatakan lulus dari SMU. Karena keduanya menyangkut masa depan yang harus terus direncanakan dan diperjuangkan. Dan kebanyakan siswa lulusan SMU lebih memilih opsi yang pertama, yakni melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Maka tidak sepatutnya jika perayaan kelulusan itu terlalu didramatisasi sedemikian rupa sehingga mereka melupakan langkah ke depan yang lebih nyata. Dan sudah menjadi sebuah keharusan mereka mempersiapkan diri untuk melangkahkan kaki ke bangku kuliah.

Pertama, siswa lulusan SMU harus berani menentukan pilihan, PT manakah yang tepat untuk menyalurkan bakat kemampuan dan minat belajar mereka. Karena mereka pada saat ini dihadapkan pada berbagai macam PT yang menawarkan beberapa keunggulan tersendiri, yang disamping itu juga mempunyai banyak kekurangan yang pada umumnya tidak ditampakkan dalam berbagai promosi PT.

Calon mahasiswa harus pandai memilih dan memilah PT yang sesuai dengan keinginannya. Mengingat sekali salah pilih, maka kerugian besar telah datang dalam hidupnya.

Kedua, calon mahasiswa harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kompetisi memasuki PT seperti UMPTN, SPMB, atau model-model seleksi masuk perguruan tinggi lainnya. Seperti pengalaman, SPMB ataupun UMPTN diperebutkan oleh ribuan orang, sedangkan yang diambil hanyalah dalam jumlah yang sedikit dan terbatas.

Bukan tidak mungkin jika proses seleksi masuk ke PT juga sama pentingnya dengan UN. Dan yang lebih penting, mereka harus memperebutkan bangku perkuliahan di PT yang berkualitas dan mampu mengakomodasi tujuannya.

Polisi akan Bubarkan Perayaan Kelulusan UN Secara Berlebihan


LULUS.JPG



SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Jajaran Polresta Palembang akan membubarkan secara paksa perayaan kelulusan Ujian Nasional (UN) tingkat SMA yang dilakukan secara berlebihan dan mengganggu ketertiban umum.

Sesuai jadwal hasil UN tingkat SMA akan diumumkan pada Sabtu (26/5/2012) mendatang.

Kepada Sripoku.com, Kamis (24/5/2012), Kapolresta Palembang Kombes Pol Sabaruddin Ginting didampingi Kabag Ops Kompol Benny Ady P mengatakan, memang tidak ada larangan untuk membatasi peserta UN untuk merayakan kelulusan UN.

Tapi jika bisa mengganggu ketertiban umum, petugas terpaksa akan mengambil tindakan.

"Misalnya konvoi peserta UN di jalanan tapi tidak melanggar arus lalulintas, hal ini silakan saja. Tentunya petugas kepolisian akan siap untuk mengantisipasi dari peserta UN yang merayakan kelulusan UN yang dinilai berlebihan," ujarnya kepada Sripoku.com.

Ditambahkan Benny, mengenai petugas yang diturunkan untuk mengantisipasinya, sama seperti tahun-tahun sebelumnya dan tidak ada penambahan petugas secara khusus.

Petugas akan selalu standby di pos-pos jaga polisi yang sudah ada.

Petugas akan juga ditempatkan di titik-titik yang biasanya dijadikan sebagai tempat ajang perayaan peserta UN.

"Jika ada perkumpulan peserta yang jumlahnya banyak, petugas akan melakukan pembubaran. Tapi sebelumnya petugas juga akan melakukan imbauan ke sekolah-sekolah, agar siswanya untuk tertib untuk merayakan kelulusan UN. Pastinya jika ada peserta UN yang melakukan tindak pidana, petugas akan melakukan tindakan tegas," ujarnya.
sumber : http://palembang.tribunnews.com 

MAKALAH “Penggunaan Internet dalam Pendidikan”

MAKALAH Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Mata Kuliah Komputer Yang Dibimbing Oleh M. SALEHUDIN, S.Pdi , M.Pd “Penggunaan Internet...