Minggu, 28 April 2013

Perayaan Kelulusan dan Masa Depan

       MULAI pertengahan Juni lalu, sebagian besar pelajar khususnya siswa SMU di seluruh penjuru negeri ini mendapatkan ’’kemenangan besar’’ yang seakan tak ternilai harganya. Kemenangan besar itu adalah lulus dalam menghadapi Ujian Nasional (UN). Sehingga akhir perjuangannya dalam menghadapi dunia Sekolah Menengah Umum (SMU), yang diancam dan ditakuti oleh standar nilai kelulusan yang dianggap memberatkan itu, patut dirayakan secara berlebihan. Begitu pengumuman kelulusan itu sampai di mata dan telinga para pelajar, sontak sorai meluapkan kegembiraan, karena kelulusan yang dianggap begitu membanggakan.

Tak sekadar dengan histeris meneriakkan ’’aku lulus’’, kemenangan besar itu dirayakan dengan aksi-aksi yang lebih dramatis, sehingga dipandang oleh masyarakat umum sebagai perayaan yang berlebihan dan norak.

Mereka yang ketiban mujur karena lulus UN, mengekspresikan kegembiraannya dengan corat-coret baju seragam baik dengan spidol maupun dengan cat. Kemudian dilanjutkan dengan aksi arak-arakan di jalan bahkan sampai kebut-kebutan di jalan.

Pada hari itu, seakan mereka benarbenar menjadi ’’pemenang sejati’’, sehingga ruas jalan yang begitu luas pun digagahi. Perayaan sedemikian menjadi ciri khas dan kebiasaan, bahkan dapat dikatakan sebagai budaya yang menjadi babak terakhir dari drama UN.

Perayaan itu pada umumnya berawal dari hasrat yang tak terkendalikan oleh para lulusan, atau sekedar hanya ikut-ikutan agar tidak dikatakan cemen oleh teman-teman yang lain, ataupun mengikuti trend yang berlaku.

Di sisi lain, mereka mengenyampingkan orang-orang di sekitarnya, yang sebaliknya terundung duka karena divonis tidak lulus. Seakan-akan perayaan itu merupakan simbol ekspresi yang menunjukkan kebebasan yang diidamkan, perayaan yang menggambarkan perasaan merdeka dari kalangan yang selama ini membelenggu mereka. Tetapi yang paling tepat untuk itu adalah, perayaan kemenangan atas pertempuran melawan musuh yang paling ganas dan bengis.

Melihat realitas demikian, maka muncul beberapa tafsir atas aksi perayaan kelulusan UN yang dianggap terlalu berlebihan. Pertama, bisa saja sekolah (atau pendidikan secara lebih luas) merupakan tempat yang sangat tidak memberikan ruang gerak kebebasan siswa.

Atau dengan kata lain, sekolah merupakan lembaga yang menindas pelajar, khususnya secara psikologis karena berbagai tekanan mental dan pikiran dalam menghadapi tuntutan UN. Sehingga usai UN dan lulus dari sekolah adalah masa kemerdekaan mereka.

Kedua, lulus UN seakan menjadi tujuan terakhir dari proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah (pendidikan), pendidikan sekolah yang memakan banyak waktu hanyalah sebatas mencari kelulusan, atau sekedar mendapatkan sertifikat kelulusan.

Memang tidak bisa dinafikan, paradigma seperti ini sudah terbangun dan boleh jadi mapan dalam masyarakat pelajar kita. Jika demikian, maka pendidikan sangatlah egois.

Bagaimana tidak, berapa banyak waktu untuk menghabiskan tumpukan buku-buku bacaan, dan berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk membayar sekolah. Hal ini akan menjadi tidak adil jika pengorbanan (tenaga, materi, dan pikiran) hanya ditentukan dalam satu pertempuran, yaitu UN.

Ketiga, kemenangan lulusan yang ditakuti pelajar sekedar dihitung dengan patokan nilai syarat kelulusan UN. Kemenangan mereka tidak didasarkan atas target nilai yang bagus.

Dengan pandangan seperti ini, maka substansi UN semakin kabur. Mengingat, jika pelajar hanya mengejar target lulus, maka mereka tidak akan peduli dengan nilai bagus atau jelek, yang mereka tahu hanya puas dengan kata ’’lulus’’ meski mendapatkan ’’nilai jongkok’’ atau mepet. Padahal, nilai merupakan representasi kompetensi siswa dan pendidikan itu sendiri.

Sebegitu hebohkah adegan perayaan kelulusan, sehingga melupakan kesadaran mereka akan masa setelah lulus UN. Apakah cukup hanya sekedar berbangga hati setelah keluar dari sekolah dengan membawa ijazah. Bukankah di depan mereka malah ditawarkan lembaran kehidupan yang jauh lebih besar makna dan tujuannya, yang tentunya membutuhkan semangat dan pengorbanan yang lebih besar, yaitu melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi (PT). Atau berhadapan dengan dunia yang lebih keras, yaitu kerja.

Sebenarnya dua opsi itulah yang harus dipikirkan dengan matang, bukan sekedar hura-hura setelah siswa dinyatakan lulus dari SMU. Karena keduanya menyangkut masa depan yang harus terus direncanakan dan diperjuangkan. Dan kebanyakan siswa lulusan SMU lebih memilih opsi yang pertama, yakni melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Maka tidak sepatutnya jika perayaan kelulusan itu terlalu didramatisasi sedemikian rupa sehingga mereka melupakan langkah ke depan yang lebih nyata. Dan sudah menjadi sebuah keharusan mereka mempersiapkan diri untuk melangkahkan kaki ke bangku kuliah.

Pertama, siswa lulusan SMU harus berani menentukan pilihan, PT manakah yang tepat untuk menyalurkan bakat kemampuan dan minat belajar mereka. Karena mereka pada saat ini dihadapkan pada berbagai macam PT yang menawarkan beberapa keunggulan tersendiri, yang disamping itu juga mempunyai banyak kekurangan yang pada umumnya tidak ditampakkan dalam berbagai promosi PT.

Calon mahasiswa harus pandai memilih dan memilah PT yang sesuai dengan keinginannya. Mengingat sekali salah pilih, maka kerugian besar telah datang dalam hidupnya.

Kedua, calon mahasiswa harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kompetisi memasuki PT seperti UMPTN, SPMB, atau model-model seleksi masuk perguruan tinggi lainnya. Seperti pengalaman, SPMB ataupun UMPTN diperebutkan oleh ribuan orang, sedangkan yang diambil hanyalah dalam jumlah yang sedikit dan terbatas.

Bukan tidak mungkin jika proses seleksi masuk ke PT juga sama pentingnya dengan UN. Dan yang lebih penting, mereka harus memperebutkan bangku perkuliahan di PT yang berkualitas dan mampu mengakomodasi tujuannya.

2 komentar:

  1. corat-coret bajuu dilarang hahhaa

    di tunggu kunjungannya :D Riski1994.blogspot.com

    BalasHapus
  2. hahaha...
    ndak apa2 asal ndak konfoi ugal-ugalan..

    BalasHapus

MAKALAH “Penggunaan Internet dalam Pendidikan”

MAKALAH Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Mata Kuliah Komputer Yang Dibimbing Oleh M. SALEHUDIN, S.Pdi , M.Pd “Penggunaan Internet...